Beberapa Dugaan Faktor Penyebab jatuhnya AirAsia
QZ 8501 Jatuh Minggu, 28 Desember 2014. Memang pihak
Basarnas, KNKT maupun AirAsia belum bisa mengetahui mengenai penyebab jatuhnya
pesawat sebelum kotak hitam atau black
box dari dalam pesawat itu ditemukan. Tapi
penulis mencoba menggogling dan merangkum dari beberapa situs, dan pengamat analis
penerbangan untuk memberikan prediksi penyebab jatuhnya pesawat AirAsia ini.. (baca juga Kronologis dan daftar penumpang AirAsia QZ 8501)
1. Faktor Cuaca
Untuk sementara, AirAsia masih menduga
penyebab kecelakaan karena cuaca buruk saat terjadi penerbangan pesawat AirAsia
QZ 8501. Cuaca buruk memang kesimpulan sementara karena sedang musim hujan di
Indonesia. CEO (Tony Fernandez) ini juga percaya dengan kemampuan sang pilot
yang mengemudikan AirAsia QZ8501. Kapten Irianto yang merupakan pilot di
pesawat itu, menurut Tony, memiliki kemampuan yang mumpuni serta sangat
berpengalaman. Termasuk di dalamnya adalah badai, kabut tebal, awan pekat, dan
udara hampa.
2.
Faktor Teknis
Maskapai yang menganut paham Low Cost Carrier (LCC)
biasanya rentan Safety
yang Minim. Logikanya? Karena dengan
harga tiket yang murah, operator pesawat terbang tersebut biasanya menekan cost seminim mungkin. Avtur
mahal, gaji pilot dan kru pesawat, plus maintenance
pesawat yang secara berkala, biaya parkir pesawat di Bandara, dan biaya-biaya
lainnya sudah barang tentu makan biaya yang sangat tinggi, sehingga aspek-aspek
keselamatan, Safety Tools,
ditekan cost nya
sedemikian rupa supaya bisa tercukupi untuk menutupi keseluruhan biaya
operasional dalam satu kali penerbangan. Yang begini ini yang seringkali
menyebabkan rentan terjadinya kecelakaan akibat dari standard safety yang minim.
Coba Anda bayangkan, bagaimana mungkin
AirAsia dengan slogan Now
Everyone Can Fly itu menjual tiket promo Jakarta-Kuala Lumpur
dengan harga Rp 250,000, tiket Jakarta-Bali hanya dengan harga Rp 100,000,
tiket Jakarta-Jogja Rp 87,000? Kalau mereka bisa menjual harga tiket promo
dengan sedemikian murahnya, maka sudah barang tentu faktor penghematan
dilakukan dengan berbagai cara untuk menekan biaya operasional yang tinggi.
3. Faktor
Pesawat
Operator penerbangan yang menerapkan Low Cost Carrier (LCC)
seringkali menggunakan armada pesawat yang umurnya sudah diatas 5 (lima) tahun.
Mereka membeli pesawat-pesawat lama dalam kondisi second. Secara fisik pesawat, kondisi
pesawat-pesawat tersebut sudah barang tentu tak setangguh dan secanggih
pesawat-pesawat baru yang harganya sangat mahal. Pesawat AirAsia yang hilang
hari ini adalah jenis pesawat Airbus 320-200. Pesawat nahas ini sudah berumur 6
tahun lebih 3 bulan sejak dioperasikan pada tanggal 25 September 2008 yang
silam. Pesawat model begini ini adalah andalan maskapai penerbangan berbiaya
murah alias Low Cost Carrier
(LCC). Itu. Rata-rata pesawat AirAsia adalah Pesawat Airbus 320-200. Jenis
pesawat ini juga digunakan oleh maskapai Lion Air yang juga menerapkan sistem Low Cost Carrier (LCC) itu.
Pesawat yang sudah semakin tua
memungkinkan terjadinya kegagalan mesin atau kerusakan mesin. Pesawat yang
mesinnya tidak layak terbang, atau terjadi kerusakan mendadak di udara.
4.
Sabotase
Penyebab keempat adalah sabotase seperti
terorisme, perampokan dan bentuk sabotase lainnya.
Sumber
Referensi:
http://ayokupas.com
http://regional.kompasiana.com